Secarik kertas ini mungkin tak berharga bunda jika dijual
dan bahkan tak ada bedanya dengan
kertas lusuh yang ada di
pinggir jalan. Tetapi, dari sini ku
harap kau akan tahu betapa
besarnya cintaku kepadamu,
Bunda.
Tulisanku mungkin tak akan seindah karya Chairil anwar ataupun pujangga
besar lainnya karena, sungguh tak pandai aku merangkai kata dan tak pandai aku
mengungkapkan semuanya Bunda, betapa bodohnya aku.
Bunda… bukan sebongkah berlian bukan pula lautan uang, hanya
goresan-goresan kecil ini yang mampu ku berikan kepadamu, karena sungguh tak pantas menilaimu dengan materi yang fana,
tak kekal tak seperti cintamu kepadaku.
Bunda… Kau orang yang telah memperkenalkanku hangatnya dunia melalui
rengkuhan jiwa kuatmu dan kau juga orang yang tak henti-hentinya mengajarkanku
akan cinta kasih yang tulus.
Dengan sabar dan senyum gemas kau besarkan aku penuh kasih dan cinta walau
terkadang pukulan dari tangan kecil dan bahkan air kencing-lah balasannya.
kau ajari aku berdiri walaupun aku
kecil selalu terjatuh dan kembali kau ajari aku besar untuk terus berdiri di
saat aku mulai berfikir untuk menyerah. Dengan tangan sucimu kau hapus air
mataku ketika tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melakukannya.
Kau beri jasmani dan rohaniku makanan dengan harapan aku tumbuh menjadi
anak yang beragama, berbakti, sehat dan kuat.
Bunda… tak jarang ku sakiti lubuk hatimu ku katakan kau itu kuno saat kita
berbeda pendapat tanpa menghiraukan perasaanmu yang sebenarnya sudah mulai
rapuh. Selalu kau pendam rasa sakit itu di dalam hatimu ketika aku besar mulai
melawan, aku yang pernah secara tak sengaja menyentakmu secara psikologis, maafkan
aku bunda atas aku dan segala perbuatan kasarku.
Bunda…. kau memang tidak sekuat wonder woman, tidak sekaya ratu Elisabeth,
tidak sepintar Judith Folgar dan akan berdarah jika terjatuh tapi, kau dan
ucapanmu selalu berhasil meyakinkanku untuk terus berdiri dan menatap dunia. Kau
lah satu-satunya yang menganggapku pintar bahkan ketika
faktapun tidak mengatakan demikian. Saat semua orang berkata tidak mungkin, kau
juga satu-satunya orang yang selalu percaya terhadap apa yang ku impikan. Tanpa
pernah ku minta, kau bantu aku tuk menggapainya dan tak pernah kau inginkan tuk
menjadi apapun ketika aku berhasil menjadi ratu. Tetapi, selalu kau jadikan aku
tuan putri di kerajaanmu ketika kau Ratunya.
Terimakasih Bunda untuk semuanya.
Bunda… aku selalu bertanya kepada diriku sendiri ketika tubuhmu renta
nanti …
Akankah mampu aku
se-sabar, se-kasih dan se-tulus dirimu?
Dan akankah selalu ku sertakan dirimu dalam setiap doaku
ketika kelak Allah memanggilmu? Sama persis seperti yang selalu kau lakukan untukku.
Bunda, satu hal …
thanks for every little thing that you had gave me I
never ever couldn’t
pay it. But if I could, I would give you the world.
I
can’t promise anything but, I’ll try my hardest to be the best daughter for
you.
I probably can’t grow more and more as well as you in
every aspect Mom.
but, Affection loved that you’ve been spread to me will lead me to be a woman with a thousand loves as you want.
Mom,
let me
tell you that you’re perfect with all of your lacks and you had been Successed
become a good mother.
Love
you from my deepest heart, Dini Endah Dwi Utami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar